Tita, sahabat dekatku, datang lagi ke rumah. Tidak cuma aku yang heran, tetapi mama juga ikut heran. Baru tadi siang, sepulang sekolah, Tita datang kemari, sekarang sudah datang lagi. Untungnya, mama tidak banyak bertanya. Ku kira, ini salah satu sikap bijaksana mama, karena mama tahu persis bahwa Tita adalah sahabat dekatku. Mama mungkin sempat berpikir macam-macam, apalagi ketika melihat raut wajah Tita yang sedang kegirangan, tapi mama pasti ingat bahwa ke rumah inilah dan kepada akulah Tita selalu berbagi kesenangan dan kesedihan.
Aku teman dekat Tita sejak kecil, tempat Tita bisa mencurahkan perasaannya. Mulai dari perasaan gembira, sampai gundah-gulana. Dari persoalan rautan pensil yang hilang sampai cowok baru yang dia sukai.
Mungkin Tita cocok denganku karena aku selalu berusaha menjadi pendengar yang baik. Ya, aku sadar betul kalau aku memang bukan tipe pembujuk, bukan pula seperti orang serbatau yang bias memberikan solusi pada setiap persoalan yang sedang ia alami.
Aku hanyalah pendengar yang baik, yang sekali-kali memberikan jalan keluar sederhana menurut akal sehat untuk keputusan yang terbaik untuk Tita.
“ Ris……,” sapa Tita padaku setelah ia menyapa hormat ke arah mama.
Aku buru-buru mengemasi buku-buku tugas yang belum sempat ku kerjakan semua dan kertas-kertas berisi catatan yang belum selesai disalin ke buku catatan
“Ris……,” Tita menyentuh pundakku
Aku menengok ke arah mama dan melihat mama mengangguk setuju tanpa terlihat jelas. Aku segera menarik tangan Tita dan mewngajaknya mesuk ke kamar.
Di dalam kamar, Tita langsung tertawa sambil ia bercerita tentang yang ia alami hari ini.
“Ris……, aku barusan ketemu ama Jo, kakak kelasmu”
Dari semua curhat Tita tentang Jo, aku yakin kalau dia menyukai Jo. Jo adalah kakak kelasku yang ku kenal lewat persapaan yang sok kenal. Aku dan Tita tidak satu sekolah. Aku bisa menyimpulkan kalau Tita menyukai Jo sejak Jo main ke rumah untuk pertama kalinya, dan saat itu di rumah ada Tita. Pertemuan pertama itulah aku mengenalkan Jo pada Tita. Saat itu pandangan Tita pada Jo berbeda dari pandangan Tita kepada teman-teman cowok lainnya. Semenjak Tita ku kenalkan pada Jo, Tita juga sambil ngobrol-ngobrol melalu sms dengan Jo. Dan dalam smsnya itu Tita tidak segan-segan memberikan perhatian yang lebih pada Jo.
“Ris……, kau mendengarku? Kenapa kau melamun?” sahut Tita yang mengagetkanku.
“Hmmm…., iya Ta aku mendengarmu. Kenapa? Ada apa?”
“Ris……., aku menyukai Jo sejak kau mengenalkannya padaku.”
“Hah…….kau menyukai Jo?” saat mendengar perkataan itu betapa kagetnya aku.
Untuk kali ini sepertinya aku harus menyimpan cerita tentang Jo dan aku dibelakang Tita. Karena kalau Tita tahu dia akan marah besra, bahwa sebenarnya Jo menykaiku dan aku mengetahui hal itu, selain itu aku juga takut persahabatan yang sudah terjalin lebih dari sepuluh tahun ini harus hancur berantakan hanya karena seorang ‘cowok’.
Sudah hampir dua jam Tita mencurahkan isi hatinya tentang Jo padaku. Dan sekarang tepat pukul sembilan malam. Kemudian aku bergegas menyalin catatan dan mengerjakan PR.
Lebih dari satu jam sudah aku menyelesaikan tugas-tugasku juga catatan yang belum sempat terselesaikan karena Tita datang untuk curhat tadi., sekarang saatnya aku tidur untuk istirahat karena tadi aku sehabis berenang dengan Tita.
ooo
Suara ayam berkokok menyempurnakan sabtu pagi hari ini. Hari terakhir sekolah dalam minggu ini. Kemudian aku bergegas mandi, sarapan, baru kemudian berangkat kesekolah. Di depan aku sudah melihat mama yang siap mengantarku ke sekolah.
ooo
Tak terasa dua jam sudah aku mengikuti pelajaran di hari sabtu ini, sekarang saatnya aku dan teman-teman untuk beristirahat.
Getaran HP yang tak sengaja tak ku deringkan agar tidak mengganggu pelajaran tiba-tiba mengagetkanku. Saat ku buka ternyataada satu pesan yang berisi sms dari Jo yang memberitahuku kalau dia sedang menungguku di kantin. Tanpa basa-basi aku segera ke kantin untuk menemui Jo yang sudah menungguku.
“Mas…….,udah lama nunggunya?” sapaku pada Jo kakak kelasku yang sedang duduk seorang diri di kantin.
“Nggak.”
“Ada apa..ada apa mas nyuruh aku kesini?”
“Hm….ntar malem kamu ada acara nggak, aku pengen kamu nemenin aku latihan breaker ntar…gimana?”
“Eh....ntar malem aku nggak ada acara ko. Jam berapa mas jemput aku?”
“Sekitar jam tujuh-an aku jemput kamu d rumah, ya?”
“Hmm….iya” sahutku dengan tegas.
“Nanti pulang bareng lagi ya?” tanya Jo padaku
“Yapz” jawabku pasti .
ooo
Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu siang, sesudah mengakhiri pelajaran terakhir hari ini, aku bergegas ke parkiran sekolah untuk menunggu Jo yang akan mengantarku pulang.
Mendung mulai menyelimuti langit sore yang semula berwarna biru. Awan hitam tampak bergantung di langit. Angin kencang dan kilatan petir menandakan bahwa hujan deras bakal segera turun. Dalam benakku aku berprasangka kalau malam ini aku tidak mungkin pergi dengan Jo melihat kondisi awan yang kurang bersahabat.
ooo
Tapi ternyata prasangkaku tidak benar, malam itu hanya gerimis. Dua jam kemudian semenjak gerimis mengguyur, Jo datang menemuiku di rumah. Kemudian mengajakku pergi. Ketika ku melirik mama yang sedang melihat ke arahku, saat itu mama mengangguk sambil tersenyum. Aku tahu anggukan mama untuk memperbolehkanku jalan dengan Jo malam ini.
Tanpa basa-basi dan tanpa tujuan yang lain, malam gerimis kali ini Jo langsung menuju tempat biasa ia latihan breaker. Disana ada delapan anak seumuran Jo yang sudah menunggu Jo.
ooo
Sudah hampir satu jam berlalu sejak pukul delapan Jo berlatih breaker dan gerimis mulai berhenti mengguyur. Dan sekarang tepat pukul sembilan Jo istirahat sambil menghampiriku. Tanpa berpikir yang lain aku langsung menyuguhkan airl mineral untuk Jo yang terlihat lelah setelah berlatih breaker. Tak lama kurang dari setengah jam gerimis kembali mengguyur lagi. Saat itu aku dan Jo mencari tempat berteduh di sekitar tempat Jo latihan breaker.
Setengah jam sudah gerimis membasahi jalanan yang semula tak terlalu licin., akhirnya gerimis selesai. Karena jam sudah menunjuk angka sepuluh malam, aku segera menarik tangan Jo untuk mengantarku pulang.
ooo
Matahari yang sedang terbit menyempurnakan kegiatan di hari minggu pagiku ini. Rasanya pagi ini ada yang berubah pada Tita. Entah apa yang terjadi pada Tita, tiba-tiba ia seolah tak pernah mengenalku, ia acuh padaku, ia juga tak pernah mau mendengar panggilanku padanya yang sampai-sampai menyeruhkan orang-orang yang ada di sekitarku. Seperti hari-hari minggu sebelumnya, pagi di hari minggu ini aku biasa jalan-jalan sambil berolahraga ke alun-alun kota. Biasanya aku bersama mama dan Tita. Tapi kali ini aku hanya jalan berdua dengan mama.
ooo
Aku benar-benar tak tahu apa salahku pada Tita hingga ia seolah tak mengenalku. Sudah hampir satu bulan ini aku tak menyapa Tita bahkan melihatpun aku tak pernah. Hingga gerimis pada sabtu sore aku baru bisa menemuinya dirumah Tita karena pada hari-hari sebelumnya banyak tugas sekolah yang belum aku kerjakan. Dirumah Tita yang tak jauh dari rumahku, disitulah aku minta penjelasannya tentang perlakuannya padaku selama ini yang selalu acuh. Saat itu Tita bercerita kalau pada malam minggu yang lalu ia melihatku duduk berdua dengan Jo. Aku memang sempat heran mengapa Tita bisa mengetahui hal ini padahal ia tak pernah pergi pada malam minggu. Tita juga menyangka kalau aku sengaja menyimpan semuanya hanya untuk menyakitinya. Demi persahabatan yang berjalan lebih dari sepuluh tahun lamanya, aku buka semua rahasiaku tentang Jo disaat gerimis itu. Aku ceritakan semuanya pada Tita mulai dari pertemuan pertamaku pada Jo hingga perasaanku pada Jo yang sudah lama kupendam bahwa aku juga menyukai Jo, hingga semuanya kuceritakan pada Tita sampai tak ada lagi rahasia yang kupendam tentang aku dan Jo. Tapi justru ternyata Tita juga merahasiakan perasaannya tentang Jo. Tita hanya cerita kalau ia hanya menyukai Jo tapi kenyataannya ia tak hanya menyukai Jo tapi juga menyayangi Jo, meski aku benar-benar merasa sangat bersalah padanya sudah merahasian semua dibalik Tita tapi aku sadar perasaan ini tidak bisa dibohongi dan aku punya prinsip kalau jujur itu lebih baik apapun akibatnya nanti. Dan Tita saat itu juga bercerita kalau dia selama ini sudah berhubungan dengan Jo melalui sms, telpon, dan lain-lain. Dan Tita mengetahui no HP Jo dari HP ku dengan sembunyi-sembunyi. Dalam pembicaraan antara Tita dan Jo selama ini, ternyata Tita lebih mengetahui tentang Jo semuanya dari asal usul Jo darimana, orang tuanya bekerja apa, kerja dimana, sampai isi hati Jo, semuanya Tita tahu tapi Tita tidak mengetahui siapa orang yang selama ini Jo sukai.
Gerimis di sabtu sore ini aku hampir tak memahami apa yang terjadi padaku dan Tita hingga Tita menyetujuiku bahkan menyuruhku untuk tetap bisa berjalan dengan Jo. Dia juga bilang kalau ini ia lakukan demi kebahagiaanku dan kebahagiaan Jo.
Aku tak menyangka seorang aku tega mengkhianati perasaan Tita, sahabat yang selama ini aku sayangi. Aku merasa aku adalah seseorang yang tidak berguna dan aku merasa aku adalah pengkhianat.
Demi perasaan dan menjaga persahabatanku dengan Tita, aku mencoba sedikit menjauh dari kehidupan Jo yang semula selalu menghiasi dan memberi warna-warni dalam hidupku.
Tanggal 19 Januari gerimis di siang itu saat aku sedang berdiri di depan gerbang sekolah menunggu mama menjemputku. Tiba-tiba suara seseorang mengagekaku
“Karista……!”
Teguran halus itu membuatku merandek. Refleksku untuk menoleh tertahan oleh kesadaran akan pemilik suara yang dahulu amat kukenal. Aku hanya terdiam, urung menoleh. Aku tidak ingin segera menoleh kini aku tengah berupaya keras untuk meredakan debar jantungku. Suara itu, masih mampu membuatku gemeteran. Sesuatu yang tidak kuduga sebelumnya.
“Ris……” sekali lagi teguran itu terdengar. Makin lirih, makin dekat dibelakang kepalaku.
Bulu tangaku meremang. Aku merinding membayangkan pemilik suara itu. Ini masa lalu, kata hatiku menyentak. Ada seribu satu bimbang meruak dihatiku.
“Ya……?” Aku sambil menoleh setelah hatiku memaksa dengan alasan kesopanan. Tidak sopan jika aku menghindari teguran baik-baik itu.
Sepasang mataku tertuju pada seseorang yang berbadan tinggi. Dan orang itu sangat aku kenal, dia adalah Jo. Jo berdiri tepat dibelakangku yang tadi sudah menyapaku. Entah apa yang mempengaruhiku menjadi salting(salah tingkah) seperi ini. Memang perasaan ‘suka’ itu masih ada bahkan masih lekat dalam hati ini.
Di pertemuan singkatku siang itu Jo akan mengajakku pergi nanti malam ke acara yang rutin ia jalani tiap malam minggu, yaitu latihan breaker dan ia juga mengatakan kalau nanti malam aku akan mendapatkan surprise darinya. Inginku menolak ajakan Jo untuk mengajakku pergi nanti malam tapi aku takut aku sangka tidak menghargai orang yang sudah susah-susah membuat surprise untukku, selain itu juga untuk menjaga perasaan Tita. Tapi demi Tita yang menyuruhku jalan dengan Jo demi kebahagiaan Jo, maka aku terima tawaran Jo yang kan mengajakku pergi nanti malam.
ooo
Jam sudah menunjuk pukul tujuh malam tapi Jo belum juga datang menjemputku. Tadi Jo janji akan menjemputku pukul tujuh. Tanpa resah, aku tetap menunggunya, limabelas menit kemudian Jo datang dan aku segera berpamitan pada mama yang sedang santai sambil nonton tv.
Gerimis saat itu menambah dinginnya suasana malam 19 januari entah mimpi apa yang aku alami semalam tiba-tiba Jo menyatakan perasaannya kalau ia menyukaiku dan ia ingin aku menjadi seseorang yang paling berharga dalam hidupnya, ia menyatakan perasaan itu padaku di depan teman-teman breakernya. Sama seperti perasaanku pada Jo bahwa aku juga menyukainya tapi saat itu aku langsung menolaknya untuk menjadikanku seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya sekaligus berharga dalam hidupku. Saat itu Jo memang bingung sekaligus kecewa atas keputusanku tapi kemudian aku menjelaskan yang sebenarnya kalau Tita menyayangi Jo dan aku hanya menyukai Jo. Jo juga bercerita kalau selama ini dia dan Tita memang berhubungan lewat sms, telpon, dan lain-lain tapi Jo hanya mengaggap Tita seperti adiknya sendiri.
Semenjak kejadian malam minggu yang lalu, hubunganku dengan Tita renggang sampai sekarang. Kita sudah jarang ketemu, smsan, telpon-telponan, curhat-curhatan, belajar bareng, dan lain-lain. Karena aku merasa aku sangat amat bersalah pada Tita yang tulus menyayangi Jo apa adanya dan Tita juga rela sayang yang selama ini dia rasakan pada Jo tak pernah dipahami bahkan tak terbalas.
ooo
Tiupan angin yang seolah melambaikan diriku keawan ditambah lagi gerimis yang mengguyur di sore ini, Tita datang menemuiku dengan tangisnya hanya untuk menyatakan kalau ia benar-benar rela melihatku jalan dengan Jo demi aku dan Jo bahagia meski itu menyakitinya tapi Tita melepaskan rasa sayangnya yang tak terbalas itu harus hancur demi aku dan Jo. Betapa aku tak merasa bersalah, aku juga merasa menjadi seseorang egois yang tak berguna hingga Tita rela menghancurkan bahkan akan membunuh perasaan itu demi Jo dan aku bahagia.
Saat aku mendekat ke jendela kemudian ku melihat tanaman yang basah dari jendela karena gerimis yang akhir-akhir ini sering mengguyur karena musim penghujan. Gerimis kali ini menyadarkanku kalau aku harus menyadarkan Jo kalau Tita tulus menyayanginya dan Tita akan menerima Jo apa adanya apabila Jo mengatakan cintanya pada Tita. Aku hanya ingin melihat Tita, seorang sahabat ynag paling aku sayang bahagia dengan Jo, seorang kakak kelas yang ia sayangi. Dan aku sadar kalau aku hanya menyukainya.
Tiba-tiba HP berdering kencang……….
“1 messages received”
Tanpa sabar langsung kubaca sms yang datang dari seseorang
“From : Mz Jo
080123 14:45
Dek,, LaGi NgApAiND…..??
Mz LaGi SuNtUg Nh………”
“To : Mz Jo
LAgiE NgELiAd’n GeRiMiS,,nP Mz Kq suNtUg??
OW IyYAh Mz,,q Mw NGmNg pEnTinG bGd………”
Berselang limabelas menit kemudian HP yang ku pegang berdering lagi
“From : Mz Jo
080123 15:00
Gag Tw SuNtUg AjAh…..BoSen d rMh MuLu……….
Mw ngMnG Ap??? ”
“To : Mz Jo
Mz KyKnA Jd-An m TiTa Aj,,dY kN BaEg, cAnTiK, PeNgErtiAn, LgAn dY Kn TuLuS SaYang m Mz......”
Tak sampai 15 menit, HP ku berdering lagi.
“From : Mz Jo
080123 15:05
GaG Ah,,aQ GaG PnYa rAsA M TiTa…LgAn dY UdH Q aNggeP aDk nDiRi…
Lgan jG pcUma kL aQ jdAn m Tita tP Aq GaG AdA rAsA m Dy....”
Hanya bingung yang kudapat karena tetap saja Jo tidak mau dengan Tita. Entah apa Jo tetap bersikeras tidak mau dengan Tita.
“Kalo ntar ujung-ujungnya Tita dan Jo jadian, putus, dan pada akhirnya mereka bertengkar. Apa Tita bisa nerima keadaan itu yah??” dalam benakku berkata.
Lebih dari enam bulan aku mengenal Jo. Dan lebih dari enam bulan sudah Tita menyadari tentang perasaannya pada Jo dan termasuk perasaanku pada Jo. Cerita cinta segitiga inilah yang membuat salah satu atau semua dari aku dan Tita tak ada yang jadi dengan Jo demi persahabatan yang telah kita jalani lebih dari sepuluh tahun. Dan demi prinsip kita kalau persahabatan ini tidak boleh berantakan hanya karena seorang ‘cowok’.
Gerimis dari musim penghujan ini menjadi sangat berarti dan mengajarkanku banyak hal mulai dari persahabatan, kedewasaa, samapai perasaan dan aku sangat berterima kasih pada gerimis yang sudah menyadarkanku kalau perasaan bukan segala-galanya.
--- TAMAT ---
(Sunday, August 9th 2009)
( by : Dhaniar Purwitasati )